Terasistana.id Jakarta — Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAMI) memperingati Hari Reformasi yang jatuh pada 21 Mei dengan menyuarakan kekhawatiran atas kemunduran demokrasi di Indonesia. Dalam refleksinya, organisasi ini menyoroti kembalinya praktik dwifungsi militer dan kepolisian dalam kehidupan sipil sebagai salah satu bentuk penyimpangan dari cita-cita reformasi 1998.
Koordinator Nasional HAMI, Asip Irama, dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (15/5/2025), mengatakan bahwa reformasi bukan hanya pergantian kekuasaan, melainkan sebuah upaya untuk membangun sistem demokrasi yang berkeadaban dan berpihak pada rakyat. Namun, menurut dia, perkembangan politik dan keamanan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan arah yang mengkhawatirkan.
“Aspek-aspek penting dalam demokrasi, seperti supremasi sipil, kebebasan berpendapat, dan independensi lembaga negara, mengalami kemunduran. Salah satu yang paling jelas adalah menguatnya kembali peran militer dan kepolisian dalam ranah sipil,” kata Asip.
Ia mengacu pada sejumlah peraturan yang memberi celah bagi keterlibatan aparat keamanan aktif dalam jabatan sipil. Hal ini, menurutnya, berpotensi menghidupkan kembali praktik dwifungsi yang dulu diperjuangkan untuk dihapus. “Keterlibatan mereka dalam birokrasi sipil bukan saja melanggar prinsip reformasi, tetapi juga menimbulkan konflik kepentingan,” ujar Asip.
Selain itu, HAMI juga mencatat pelemahan terhadap lembaga antikorupsi sebagai bagian dari masalah yang lebih besar dalam tata kelola demokrasi. Revisi Undang-Undang KPK, menurut HAMI, telah mengurangi independensi lembaga tersebut dan membuat upaya pemberantasan korupsi tidak lagi seefektif sebelumnya.
Fenomena pembatasan kebebasan berekspresi juga menjadi perhatian. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya kasus kriminalisasi terhadap aktivis, mahasiswa, hingga jurnalis menandai penurunan kualitas demokrasi Indonesia. “Demokrasi membutuhkan ruang kritik yang sehat. Ketika kritik dibungkam, maka yang tumbuh adalah otoritarianisme,” kata Asip.
HAMI menilai generasi muda memiliki peran strategis untuk memastikan semangat reformasi tetap hidup. Sebagai kelompok yang paling banyak mengakses informasi dan teknologi, generasi milenial dan Z diharapkan menjadi agen perubahan dalam menjaga demokrasi tetap berjalan di jalurnya.
HAMI berencana Melakukan aksi damai dan diskusi publik yang digelar di sejumlah kota, HAMI mengajak masyarakat untuk melakukan refleksi kritis atas perjalanan reformasi. Tema yang diangkat tahun ini adalah “Menjaga Demokrasi, Menolak Militerisasi”, sebagai bentuk penegasan atas isu-isu yang dianggap krusial oleh organisasi ini.
Peringatan Hari Reformasi, menurut HAMI, bukan sekadar agenda tahunan, tetapi momentum untuk memperbarui komitmen kolektif terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. HAMI juga mendesak pemerintah untuk membuka dialog publik dan menghentikan praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai reformasi.
“Kami percaya bahwa demokrasi tidak bisa dijaga oleh negara saja. Partisipasi rakyat, terutama anak muda, menjadi kunci. Jika kita tidak bersuara hari ini, maka yang akan hilang bukan hanya hak, tetapi juga masa depan demokrasi itu sendiri,” pungkas Asip.