Mulailah Berinovasi, Pengelola Wisata Jangan Hanya Bergantung Pada Study Tour

Untuk mensiasati hal tersebut, maka diperlukan kreatifitas dan inovasi bagi para pengelola wisata, dimana obyek wisata lokal harus berbenah diri salah satunya adalah dengan memberikan sentuhan kearifan lokal seperti kelestarian alam dan kebudayaan.

Terasistana.id Jakarta – Keputusan Gubernur terpilih Provinsi Jawa Barat tahun 2024 – 2029, Dedi Mulyadi atau yang kerap dipanggil “Bapak Aing” terkait larangan Study tour berimbas pada jumlah kunjungan wisata di beberapa obyek wisata. Penurunan ini diungkapkan oleh beberapa pihak diberbagai Media beberapa waktu lalu, Jakarta 6 April 2025.

Bukan hanya turunnya kunjungan obyek wisata, ternyata penurunan juga berimbas pada omset transportasi dan perhotelan. Khusus penurunan omset dibidang perhotelan, hal ini justru dianggap menjadi salah kaprah didalam menerapkan tujuan daripada program study tour itu sendiri, dimana study tour lebih cenderung mengajak siswa untuk piknik ketimbang belajar.

Jika para pelaku wisata, baik itu pengelola obyek wisata, pengelola Bus dan perhotelan, selalu bergantung pada study tour, maka dapat dikhawatirkan menjadi terlena yang berpotensi mengurangi kreativitas dan inovasi didalam meningkat kunjungan wisata.

Padahal target pengunjung wisata bukan hanya dari sekolah, melainkan banyak juga kunjungan dari masyarakat umum.

Terlebih lagi di era globalisasi menuntut semua pihak untuk bersaing. Jika tidak ada perbaikan dan adaptasi, maka justru akan menurunkan jumlah wisatawan terutama wisatawan manca negara.

Untuk mensiasati hal tersebut, maka diperlukan kreatifitas dan inovasi bagi para pengelola wisata, dimana obyek wisata lokal harus berbenah diri salah satunya adalah dengan memberikan sentuhan kearifan lokal seperti kelestarian alam dan kebudayaan.

Hingga selalu ada yang menarik yang membuat wisatawan akan selalu datang. Begitupun dengan masyarakat sekitar lokasi wisata, harus memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap potensi wisata, selain menjaga kebersihan namun juga harus menjauhi hal-hal yang membuat wisatawan tak mau lagi berkunjung seperti misalnya pungli dan premanisme.

Selain bekerjasama dengan masyarakat sekitar, pengelola wisata perlu juga bekerjasama dengan para pemilik transportasi dan pengelola hotel, dimana kedua sektor penunjang ini bisa saja menjadi salah satu pemberi informasi kepada khalayak ramai tentang obyek wisata yang ada disekitar.

Pemberian informasi itu bisa berupa flyer atau tehcnologi sosial media yang disediakan di masing-masing tempat usahanya. Bahkan bisa juga merangkap sebagai marketing wisata.

Begitupun dengan pelaku bisnis transportasi, agar lebih teliti didalam merawat kendaraannya, jangan sampai peristiwa kecelakaan yang banyak memakan korban terjadi lagi. Khusus untuk transportasi angkot, seperti rencana Gubernur Jawa Barat, sangat positif sekali jika angkot dimodifikasi sesuai dengan tempat wisata.

Meskipun tetap berlaku untuk penumpang umum, namun lebih terasa nuansa wisata lokal, dimana pengunjung luar akan lebih familier menggunakan angkutan tersebut.

Perlu diketahui, kegiatan masyarakat seperti Karang Taruna ditingkatan RT dan RW masih sangat aktif dan seringkali mengadakan kegiatan kunjungan keberbagai tempat wisata.

Jika kelompok ini bisa dikolaborasikan dalam bentuk kerjasama maka akan terjadi peningkatan kunjungan wisata, pastinya akan berimbas pada meningkatnya pendapatan hotel dan transportasi serta meningkatkan pendapatan UMKM masyarakat sekitar, meskipun bukan dalam rangka menerima kunjungan study tour.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *